Perlu menempuh perjalanan darat selama 8 jam dari Bandara Kualanamu-Medan untuk sampai ke Takengon-Biruen. Daerah di Aceh yang selama ini terisolasi dari sistem kelistrikan.
Perjalanan udara bisa lebih singkat, dari Medan cukup satu jam terbang ke Bandar Udara Rembele, ditambah satu jam lagi dengan mobil. Tapi dari atas pesawat tampak jelas alasan kenapa daerah ini terisolasi dari sistem kelistrikan dan tergantung pada pembangkit pembangkit diesel.
Terletak di ujung Indonesia, Takengon adalah satu dari beberapa titik yang masih minim infrastruktur listrik. Wilayahnya dikelilingi bukit dan gunung, jalan berliuk dan terbatas. Dengan kontur seperti itu, jadi tantangan tersendiri untuk membangun infrastruktur.
![]() |
Listrik ini disambungkan lewat transmisi dengan kabel rendah. Di mana mudah terdampak cuaca, bahkan terganggu oleh hewan-hewan liar.
Untuk itu, kini telah dibangun dan beroperasi secara resmi 3 gardu induk beserta transmisi 150 Kv (Saluran Udara Tegangan Tinggi). Dengan titik sebagai berikut:
a. Gardu Induk (GI) 150 kV Takengon dan Gardu Induk (GI) Extension 150 kV Bireuen dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Takengon – Bireuen;
b. Gardu Induk (GI) 150 kV Kutacane dan Gardu Induk (GI) Extension 150 kV Berastagi, dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV Berastagi – Kutacane;
c. Gardu Induk (GI) 150 kV Subulusalam dan Gardu Induk (GI) Extension 150 kV Sidikalang dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Sidikalang – Subulusalam.
“Infrastruktur pendukung berupa SUTT dan Gardu Induk ini membuka isolasi terhadap masuknya PLN ke jaringan listrik. Ini Terisolasi karena tergantung dari PLTD selama ini baik dari swasta maupun PLN. Kalau ada sistem ini, gardu induk akan pasok listrik dari pembangkit,” ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rida Mulyana, dalam peresmian gardu induk tersebut, Selasa (9/4/2024).