Bitcoin ATH, Para pemain pasar kripto kini tengah bahagia usai Bitcoin (BTC) kembali menembus level tertinggi sepanjang masa. Aksi akumulasi dari institusi global mendorong melejitnya harga Bitcoin. Beberapa pemegang Bitcoin terbesar pun tengah kebanjiran cuan besar dari kenaikan tersebut. Hingga perdagangan intraday hari ini Minggu (13/7/2025), harga Bitcoin berada di level US$117.427 atau setara dengan Rp1,9 miliar per koin. Bitcoin sempat menyentuh level tertinggi US$118.832 atau setara dengan Rp1,92 miliar per koin pada Sabtu (12/7/2025).
Bitcoin ATH Tembus Rp1,92 Miliar, Negara Ini Mendadak Kaya Raya – Melesatnya harga BTC seiring dengan meningkatnya akumulasi oleh institusi besar seperti BlackRock. Berdasarkan data iShares Bitcoin Trust (IBIT) kini BlackRock telah menggenggam lebih dari 700.000 BTC, setara dengan lebih dari 3,3% dari total suplai Bitcoin di dunia. Kinerja pergerakan harga BTC yang sangat agresif di sepanjang pertengahan 2025 ini juga mencerminkan pola teknikal yang kuat. Meskipun BTC sempat terkoreksi ke level US$98.200, akan tetapi harga BTC dengan cepat kembali bangkit pada akhir Juni sebelum meroket ke ATH pada bulan ini.
Bitcoin ATH Tembus Rp1,92 Miliar, Negara Ini Mendadak Kaya Raya
Pendahuluan
Bitcoin (BTC), aset kripto pionir, kembali mencetak sejarah. Pada 22 Mei 2025, harga BTC meroket hingga menembus rekor tertinggi sepanjang masa—±US$119.999 atau sekitar Rp 1,95 miliar per keping . Bahkan, sejumlah analis telah memprediksi potensi BTC menembus Rp 1,92 miliar di bulan Juni .
Kenaikan ini bukan sekadar angka saja—di baliknya terdapat dinamika makro-ekonomi global, aliran modal institusional, hingga peran peraturan di negara-negara tertentu. Menariknya, ada negara yang ‘mendadak kaya raya’ karena lonjakan nilai aset digital ini. Simak ulasan berikut!
Bagaimana Bitcoin Bisa Tembus Rp 1,92 Miliar?
Lonjakan Harga Bitcoin
-
ATH beruntun: Harga BTC melewati US$111.800 (±Rp 1,82 miliar) pada 22 Mei 2025, kemudian terus naik hingga US$119.999 (±Rp 1,95 miliar) .
-
Data on-chain menunjukkan akumulasi besar-besaran: lebih dari 66.975 BTC ditarik dari bursa pada Mei, mencerminkan permintaan nyata .
Faktor Pendorong
-
Makro-ekonomi AS: Inflasi menurun, suku bunga diprediksi turun, dolar melemah – semua mendorong investor mencari tempat berlindung alternatif seperti BTC .
-
Dukungan regulasi: Disahkannya RUU stablecoin AS dan sentiment pro-crypto dari presiden AS (Donald Trump) memicu kepercayaan pasar .
-
Investor institusional: Aliran masuk lewat ETF lebih dari US$42 miliar sejak Jan 2024, ditambah pembelian besar oleh MicroStrategy dan SPAC .
Negara “Mendadak Kaya” karena Bitcoin
Siapa, dan Mengapa?
Negara yang tidak terduga mengalami surplus kekayaan adalah El Salvador. Pada 2021, negara ini melegalkan Bitcoin sebagai alat bayar dan menjadikan BTC aset cadangan. Saat ATH 2025 tercapai, nilai cadangan BTC mereka meroket hingga miliaran dolar—secara teori meningkatkan cadangan nasional.
Dampak Finansial
-
Cadangan meningkat: Jika pemerintah memegang BTC saat harga rendah, lonjakan nilai menjadi keuntungan besar.
-
Pendanaan proyek publik: Surplus bisa dialokasikan untuk infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.
-
Kredibilitas global: Cadangan digital yang kuat meningkatkan reputasi di mata lembaga keuangan internasional.
Data dan Fakta Pendukung
Indikator | Detail |
---|---|
ATH BTC | US$119.999 ≈ Rp 1,95 M per keping (23 Mei 2025) |
Kapitalisasi Aset Institusi | ETF BTC mencapai US$130 miliar, total kapitalisasi pasar crypto US$3,3 triliun |
Arus Masuk ETF | Lebih dari US$42,7 miliar tambahan sejak Jan 2024 |
Daya Tarik BTC | Alternatif terhadap inflasi & ekonomi melemah |
Pengaruh di Tingkat Global & Lokal
Global
-
Gejolak baru: BTC semakin dianggap aset safe-haven alternatif.
-
Pasar derivatif: Short position senilai US$1,13 miliar dilikuidasi dalam satu hari—menunjukkan volatilitas tinggi .
Lokal
-
Investor ritel di Indonesia: Banyak yang memanfaatkan momentum untuk cuan, tapi bukan tanpa risiko .
-
Pertumbuhan transaksional: Volume transaksi kripto di Indonesia melonjak >350%, mencapai Rp 475 triliun pada Oktober 2024 .
Risiko di Balik Rezeki Instan
Volatilitas Ekstrem
Bitcoin bisa turun tajam. Koreksi mendadak bisa memicu kerugian besar—apalagi bagi investor margin/futures.
Risiko Regulasi
Perubahan kebijakan mendadak, seperti pelarangan atau pajak tinggi, bisa mengejutkan pasar dan mempengaruhi harga.
Likuidasi Strategis
Likuidasi massal short-position atau margin call bisa mempercepat koreksi harga secara tidak sehat.
Pelajaran dari Momentum ATH
Bagi Negara
Negara seperti El Salvador menunjukkan bahwa memegang Bitcoin sebagai cadangan bisa menghasilkan keuntungan besar—selama manajemen risiko dijaga.
Bagi Investor
- Jangka panjang vs spekulatif: BTC sebagai lindung nilai jangka panjang, bukan judi cepat.
- Manajemen portofolio: Batasi porsi BTC, gunakan DCA, dan tentukan stop-loss.
- Pantau regulasi: Update berita terkait kebijakan dompet digital, pajak, dan legalitas.
Kesimpulan
Bitcoin yang menembus angka Rp 1,92 miliar–Rp 1,95 miliar bukan hanya kebetulan pasar; ini hasil sinergi penurunan inflasi AS, masuknya arus modal institusional massif, dukungan kebijakan pro-crypto, serta aksi akumulasi on-chain. Negara seperti El Salvador pun mendapat ‘rezeki digital’ lewat cadangan BTC—tapi tidak tanpa risiko.